Senin, 27 Oktober 2008

Island in the Sun

It’s hard to believe, akhirnya bisa menemukan sebuah pulau yang terindah pada sebuah perjalanan di akhir oktober. Kristal – kristal putih dan halus itu membentuk hamparan pasir putih panjang yang berkilau ketika tertepa sinar matahari. Air laut yang bersih dan jernih berwarna hijau toska itu pun berkejaran membasahi hamparan pasir putih dan membiarkan beberapa sisinya basah mencoklat.

Aku menikmati pulau ini dan dia yang tak jauh dari pandanganku. Sepertinya perjalanan panjang ini tidak sia – sia, aku menemukannya di sebuah Island in the Sun dalam diam. Sesekali aku mencoba berkompromi dengan diriku sendiri untuk mencoba berdiri disampingnya, namun tanpa alasan yang jelas jiwa pengecutku muncul dan berhasil menarik tanganku untuk kembali merebahkan tubuhku diatas pasir. Aku kembali melihatnya dari jauh dan merekamnya dalam ingatanku.

Island in the Sun, dia begitu menarik hingga aku lebih suka memalingkan wajahku dan berpura – pura untuk tidak menyadari kehadirannya. Sebuah cerita yang lalu sepertinya telah meninggalkan ketidakyakinan yang amat besar bagiku dan aku lelah menjadi bukan aku. Entah untuk seperti apa, tapi aku ingin sekali menatap wajahnya dengan lebih dekat di Island in the Sun.

Jumat, 24 Oktober 2008

Malam Minggu di Paradise van JAVA a.k.a Karimun Jawa

Day One

Trip saya kali ini adalah mengunjungi sebuah pulau yang berada di wilayah Jepara, pulau Karimun Jawa atau sebagian orang menyebutnya Paradise Van Java. Pulau ini dikelilingi oleh banyak pulau – pulau di sekelilingnya, seperti Pulau Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Alang – alang, Cemara... dst. Untuk dapat mengunjungi Pulau ini saya dan teman – teman saya (Ridwan Cs) harus menempuh perjalanan yang cukup lama, melelahkan dan membosankan. Karena trip kami kali ini adalah semi backpacker, jadi kami memilih untuk menggunakan Bis malam menuju Semarang selama kurang lebih 10 jam dan dilanjutkan penyebrangan antar pulau dari Pelabuhan Tanjung Mas menuju Pulau Karimun Jawa yang memakan waktu kurang lebih 4 jam lamanya. Karena perjalanan yang cukup memabukkan, melelahkan dan membosankan ini, sangat disarankan untuk mengkonsumsi obat Antimo, salah satu teman saya dengan tenang menelan 3 butir antimo untuk sepanjang perjalanan baik menuju Karimun maupun saat meninggalkan Karimun.

Kami tidak menduga bahwa dalam trip kali ini, kami akan bertemu komunitas lain yang datang dalam jumlah besar dan memiliki jadwal ekspedisi singkat yang sama ke Pulau Karimun Jawa. Tepat jam 1 siang kami tiba di pelabuhan Karimun Jawa, tadinya saya pikir pelabuhan ini akan berdiri seadanya dan sangat alami sehingga dapat menjadi gerbang yang sesuai untuk memulai petualangan di Pulau Karimun Jawa. Ternyata pelabuhan ini sudah menjadi pelabuhan yang tertata dengan rapih dan bersih, nampaknya pemerintah dan masyarakat Karimun Jawa memang telah siap menyambut perkembangan pariwisata di pulau Karimun Jawa dan menjadikannya sebagai mata pencaharian disamping menelayan dan berbudidaya rumput laut.

Sampainya di Karimun Jawa kami melanjutkan perjalanan ke sebuah Homestay yang tidak jauh dari pelabuhan. Saya tidak menyangka bahwa di sepanjang jalan banyak rumah – rumah penduduk yang merupakan homestay untuk para penikmat Karimun Jawa. Rupanya ketertarikan masyarakat luar terhadap pulau Karimun Jawa benar – benar di manfaatkan oleh para penduduk lokal, tarif dan fasilitas yang diberikan pun tak kalah nyaman dan dapat diterima oleh kantong – kantong wisatawan muda seperti kami. Homestay Hamfah, tempat kami tinggal memberikan kami tarif sekitar Rp. 200an harga yang sangat sesuai dengan fasilitas yang diberikan, all u can eat, Kasur busa, Fan, Kamar Mandi yang bersih, penghuni yang ramah dan suasana rumah yang fleksible.

Setelah menikmati hidangan makan siang dan menyimpan barang – barang, kami bersiap untuk melanjutkan kegiatan kami selanjutnya yaitu beraktivitas di lautan dan menikmati keindahan pulau – pulau yang berada di sekitaran Karimun Jawa. Dengan kapal motor Karya Jaya, kami diantar untuk bersnorkling ria di pulau alang – alang. Sayangnya air laut ditempat itu sedikit keruh sehingga karang – karang dan ikan – ikan karang yang indah – indah itu menjadi sulit untuk dilihat dan arus air lautpun sedikit kencang. Kami melanjutkan perjalanan kami ke sebuah tempat penangkaran ikan Hiu yang jinak. Menarik sekali, kami sangat antusias untuk bisa mendekati dan berfoto bersama Hiu, bahkan salah satu teman saya ada yang tak kenal lelah untuk bisa berfoto mengejar Hiu berkali – kali. Di samping penangkaran Hiu, terdapat pula ikan Barakuda yang katanya lebih hebat dan menyeramkan daripada ikan Hiu dan memang setelah saya melihat wujudnya saya pun bergidik sendiri melihat mulutnya yang panjang dan bergerigi. Mendekati matahari terbenam kami mengakhiri perjalanan kami, ternyata menikmati sunset diatas kapal motor itu lebih menarik daripada menikmatinya dari pantai dan kami pun sibuk berfoto ria.

Malamnya, usai makan malam dan becengkrama bersama teman – teman kami melanjutkan malam minggu kami dengan berjalan kearah pelabuhan untuk menikmati Fireworks yang saya bawa dari Jakarta. Tapi sayangnya, Firewoks tidak beraksi seperti yang saya bayangkan letupan – letupan apinya tidak sanggup berpencar dilangit. Langit malam itu sangatlah indah, baru kali ini saya melihat bintang yang bertabur sangat banyak dilangit. Dan lebih hebatnya lagi ketika kami sedang asik-asiknya menikmati langit yang indah itu, kami melihat bintang jatuh dan itu terjadi dua kali, lets make a wish then. Setelah puas menikmati langit yang bertaburan bintang diiringi deretan musik pop-genre, kami kembali ke Homestay. Sebagian memutuskan untuk beristirahan dan sebagian lagi bercengkrama sambil memainkan kartu – poker, sedangkan saya sibuk menulis perjalanan kami.


Day Two
Di hari kedua dan sekaligus hari terakhir ini kami memulai perjalanan kami sejak pagi, menikmati aktivitas pagi penduduk lokal dan mampir kesebuah pasar tradisional di pinggiran jalan untuk membeli sarapan pagi seperti Ketan Lupis dan bubur sumsum. Sungguh merupakan pengalaman yang pasti akan saya rindukan ketika suatu saat nanti menikmati Ketan Lupis di jakarta, kali ini saya menikmati ketan lupis bersama seorang teman (Read: Endang) diatas sebuah kapal motor yang sedang melintas dilautan menuju Pulau Menjangan Kecil dengan kaki yang menjuntai kearah laut, angin pagi yang semilir dan pulau – pulau yang terlihat dari kejauhan.

Akhirnya kami sampai di Pulau Menjangan Kecil, luar biasa, kami dapat melihat karang – karang itu dari atas kapal. Satu persatu dari kami terjun ke laut dengan perangkat snorkling – diving dan mulai menikmati biota – biota laut. Kami cukup lama bersnorkling – diving, sampai kami lupa bahwa ada tempat yang harus kami kunjungi lagi yang sama menariknya dengan Pulau Menjangan Kecil. Ketika kami akan melanjutkan perjalanan kami, kami bertemu dengan komunitas jejak kaki yang ternyata juga ingin menikmati pesona bawah laut Pulau menjangan kecil. Di pulau yang kedua, kalau tidak salah namanya Pulau Menjangan Besar, kami kembali bersnorkling-diving ria menikmati indahnya pesona bawah laut dan bercengkrama di atas kapal.

Sekitar jam 11 siang kami mengakhiri snorkling – diving kami dan kembali ke Homestay untuk makan siang, mandi dan bersiap – siap pulang. Sebenarnya saya merasa belum puas berada di Pulau ini, sepertinya masih banyak tempat – tempat eksotis yang wajib dikunjungi, well semoga saya punya kesempatan lagi untuk bisa berpetualang di Pulau Karimun Jawa. Kami mengakhiri perjalanan kami dan meninggalkan Pulau ini dengan kapal Kartini, sekitar jam 2 siang menuju Pelabuhan Tanjung Mas. Penyebrangan kali ini mengalami keterlambatan dari waktu yang telah di jadwalkan, mungkin karena air laut sudah meninggi, kami tiba di Tanjung Mas sekitar jam 6.30 malam dalam keadaan hujan. Dan sekitar jam 7.30 malam kami di jemput oleh Bis malam Shantika untuk pulang ke Jakarta. End of Trip.

I do realy thanks to god, perjalanan kami berjalan dengan lancar dan menyenangkan walaupun melelahkan dan kurang sesuai dengan bayangan karena tidak ada suasana pantai yang bisa dinikmati hehe.. Selain itu perjalanan ini berhasil membuat saya merasa lebih baik, my mission is accomplished. Thanks juga buat Bang Ridwan yang sudah membuat trip ini terasa bukan trip rental yang menggalang banyak peserta hehe… ini kelebihannya, surprised and so friendly! Thanks to teman – teman satu trip yang marvelous dan gila ngetrip banget, glad to know ya’ dan ditunggu ngumpul barengnya di Burning Day!

C ya in the next trip…

Rabu, 22 Oktober 2008

Today, she’s beyond my imagination

Aku tak henti berpikir tentangnya belakangan ini, mencoba mencari cara bagaimana bisa menghubunginya kembali. Hingga akhirnya, sore ini seorang pria tua yang merasa bahwa aku adalah bagian dari garis keturunan keluargannya menghubungiku dan meninggalkan sebuah pesan yang berisikan nomor – nomor yang dapat menghubungkanku dengan seorang wanita bernama Indah Lestariningsih.

Tak banyak yang aku ketahui tentang wanita ini, selain rambutnya yang ikal, kulitnya yang sawo matang, tingginya yang hampir sama denganku dan kedua anak laki – lakinya yang berdarahkan ambon dan jawa. Serta sebendel kertas yang memuat namaku dan namanya, selebihnya aku buta tentang dirinya yang sebenarnya. Aku anggap seperti itu karena aku mencoba tidak memperdulikan apa yang tertulis dalam sebuah lembar bersahkan kejaksaan suatu daerah ataupun suara – suara bernada minor dari pihak lain.

Hari ini, tak banyak yang kuminta darinya. Antusiasnya yang melebihi sebuah kalimat apa kabar saat mendengar suaraku, akan terdengar jauh lebih menyenangkan, namun tidak pada kenyataannya kalimat standar itu masih menjadi sebuah prolog untuk kami berdua.

Sepanjang pembicaraan dia mengomentariku dengan banyak hal yang sejujurnya tidak aku harapkan dan membuatku terpojok atas setiap keputusan yang telah aku ambil tanpa melihat keberadaannya dalam hidupku. Today, she’s beyond my imagination ketika dia mengatakan bahwa aku hanya menganggapnya sebagai ibu biologis yang bertugas melahirkanku dan mencoba mempersalahkan seorang pria yang sudah menyerahkan hidupnya hanya untuk membuatku bahagia sehingga dia melupakan kebahagiaannya sendiri atas apa yang terbentuk pada mental dan pikiranku.

She’s beyond my imagination, mungkin akan jauh lebih baik, kalau saja aku sudah menentukan sebuah subjek ringan untuk sebuah percakapan singkat diwaktu sore sehingga aku tak perlu menyesal telah mencarinya. Dia membuatku merasa sia – sia untuk mengenalnya lebih jauh dan menjadikannya lebih nyata lagi dalam hidupku.

Jumat, 10 Oktober 2008

Jawir and his “brat pitt domestik”

(sing)
We'll rendezvous out on the fire escapeI'd

like to set off an alarm today
The love emergency don't make me wait
Just follow I'll lead youI urgently need you
Let's go to the park
I wanna kiss you underneath the stars
Maybe we'll go too far
We just don't care
We just don't care
We just don't...

Hyundai B 0813 ML itu berhenti di sebuah lampu mereh perempatan di daerah pangkalan jati kalimalang. Alunan musik dari John Legend terdengar mengalun kencang di iringi suara sopran minor dan bas mayor dari depakan finalis Indonesia Aidol. Sore itu Ara sengaja membuka sedikit kaca mobilnya, maklum resesi kantong Ara terjadi terlalu cepat padahal resesi Eropa Amerika belum lagi menunjukan batang hidungnya di Ibu Pertiwi. Jawir dan Ara memutuskan pulang teng-go hari ini, mereka berdua berencana menikmati Jakarta yang masih sepi akibat tren mudik lebaran.

“Wir, lu ngapain sih dari tadi bolak balik ngaca di spion?”
“ah elu Ra, sirik aja.”
”bukannya sirik wir, gwe Cuma gak mau aja di tengah – tengah gejala krismon yang juga mampir di kantong lu... lu kudu ngeluarin duit ekstra buat ganti spion gwe yang pecah gara – gara keseringan lu kacain. Lagian tampang lu juga gak akan berubah. Heee.., makanya ganti casing di valus aja.”
”sialan lu ra, asal lu tau aja cewek – cewek tuh kalo udah kenal gue pasti kelepek – kelepek”
”yang mana, ha’?”
”ah elu aja yang gak tau..”
”Wir, setau gue udah hampir setaun belakangan ini malem minggu lu pasti garing bareng sama gue.”
”ehe.. ”
”ha’ nyengir lu sana!”
”eh, ijo tuh..”
”dasar bajay, ngeles mulu lu wir..!”

Tiiiiiinnnnnnn.......

EH MONYET... kalo mo duluu..”
Ara mengeluarkan kepalanya ke arah pengemudi mobil Avanza yang tepat terhalang dibelakang mobil Ara dan meneriaki pengemudi itu dengan kasar. Belum lagi dia selesai meneriaki pengemudi itu, mobil Avanza itu dengan tidak sabar melesat mengabil jalur sebelah kirinya yang kosong.
”annn.. terba..a..ng aje... Yeh die pegi..”
”udah – udah.. gak usah ngampung deh..”

(sing)
Loved up, doved up, hung around, stoned in a lonely town

Shaking their meat to the beat,
High on diesel and gasoline, psycho for drum machine
Shaking their bits to the hits,
Oh, here they come, the beautiful ones, the beautiful ones.Y
ou dont think about it,
You dont do without it,
Because youe beautiful,
And if your babys going crazy
Thats how you made me,
laa..la...la...

”Ra..”
”humm..”
”menurut lu gue tuh ganteng gak?” Ara yang tadinya sibuk mengeluarkan suara sopran minornya, tiba – tiba berhenti dan melihat sobatnya yang sedang membusungkan dada dan memainkan mimik wajahnya menjadi sok cool.
”Wir, kan dah gue bilang dari tadi siang.. kalo ganteng itu relatip!”
”yaelah lu, coba dong perhatiin lagi..”
”hemm.. ganteng-ganteng..”
”duhhh,.. ra serius dong..”
”napa sih lu...?? denger yah, biarpun lu ganteng tapi tetep gak menarik buat gue..”
”eh NYET, burung gue juga milih – milih kali..”
”sialan lu!burung lu tuh yang gak pernah tau rasa yang enak..”
”aahhh.. Ra.. gue serius tau”
”lagi, lu juga.. aneh..”
”eh Ra, bukannya apa – apa. Tapi ini perkara kemampuan laki – laki..”
”otak lu tuh ya, vagina minded mulu..”
”bukannya vagina minded, tapi kasian kan si brat pitt kalo diboongin mulu...”
”huahaaa.. brat pitt.. bego lu ahhh..”
”tawa lagi lu.. lu gak ngerasaain sih, bosen tau tiap pagi kertas mulu yang gue pegang sampe lecek. Yang asli dong Ra... yang asli..”
”ya udah makanya cari dong..”
”ngomong aja lu sama tembok.. lu kira, gue gak ada usaha apa..”
”heh,,,hehehe,,, ”
”giliran gini aja lu ketawa.. Lu gak tau betapa kesiksanya gue, gue serasa rumah 4L, laki lagi.. laki lagi..”
”yah abis gimana dong.. ”
”gue emang salah masuk jurusan dan salah kantor. Waktu kuliah aja gue bruntung banget bisa ketemu Susi... dia itu emang paling setia sama brat pitt”
”jijay lu wir...”
”makanya dong Ra..”
”makanya apaan.. kemarin gwe kenalin sama Ayu, Siska, Alin, Melly, follow up lu Cuma gitu aja, Mirna boro – boro lu telp padahal susah – susah gue nyari no hpnya..”
“Monyiiieeetttt.. yang terakhir itu banci salon lu kenalin ke gue.. bisa pingsan gwe kalo dia minta maen blakang..“
“huaaaa..yaaa.. tapi kan nampak asli dari pada kertas… huaaahhh..”
“lu emang deh, paling seneng kalo gwe dan brat pitt menderita”
”eh Wir, mending lu pindahin segera deh otak lu dari selangkangan. Gue ngeri lu gak punya sisa kecebong begitu lu kawin nanti, gara – gara ke seringan di eksplor.”
”sorry Ra, bagian yang ”ini”nih... produktivitasnya gak kenal Hazard dan gak kenal habis kayak minyak bumi. Malah gak butuh site survey lagi buat sekedar tau lokasi yang aman untuk pengeboran minyak. Pokoknya the best titttt.... ever deh”
“OMG.. suka-sukamu lah wir..”
”lu mau coba Ra..”
”eh Nyet!.. jauh2x lu, gwe gak mau keliatan akrab sama BERUK!!

Kamis, 09 Oktober 2008

the Sawarna Beach

Sekitar jam 10 malam kami (Read: Komunitas “gak Jelas”) berangkat menuju Sawarna dari Mal Slipi Jaya. Rombongan kami ada sekitar 26 orang, empat orang laki – laki dari rombongan kami sudah berangkat lebih dulu dengan full adventure physical and mind dan bertemu dengan kami di sekitaran alun – alun cilegon dengan menggunakan vespa, motor trail dan motor Honda jadul yang gak jadul CB 100 (Read : endah bilang itu bukan tulisan sebenarnya). Sedangkan selebihnya terbagi dalam dua kendaraan roda empat, Elf dan APV. Kebetulan saya sendiri berada di rombongan mobil APV bersama kedua teman yang sebelumnya bertemu di trip Baduy (Read : Jainer and Mba Ida).

Separuh perjalanan saya habiskan dengan tertidur pulas sambil sesekali terbangun untuk melihat kondisi jalan dan daerah yang kami lewati. Dan akhirnya setelah kurang lebih 9 jam perjalanan dengan kendaraan roda empat kami tiba di TPI Sawarna, kecamatan Bayah, kabupaten Lebak. Awal hari kami dikawasan itu disambut dengan udara pagi yang sejuk dan bersih serta hutan yang berbaris di kiri dan kanan jalan. Sejenak rombongan kami berhenti sejenak di lokasi itu untuk sekedar mengeluarkan ekspresi narcis kami di depan kamera. Kebetulan di rombongan kami ada banyak orang yang hobi mengabadikan baik keindahan alam dan hobi narcis kami yang luar biasa (Read : Thanks to Mas – Mas Photographer).

Setelah puas berfoto – foto dan menikmati indahnya pepohonan dan pantai sawarna yang terlihat dari kejauhan, kami mengambil backpack kami untuk melanjutkan perjalanan kami ke pantai sawarna dengan berjalan kaki menuruni bukit yang sedang dalam tahap konstrusi pembuatan jalanan beraspal. Setibanya dibawah, rombongan sudah ditunggu dengan mobil bak. Ini pertama kalinya saya menaiki mobil berkap terbuka seperti supporter persija, saya benar – benar menikmatinya . Tidak lupa sebelum berangkat ke tujuan, kami abadikan dulu moment ini. Jarak dari tempat kami menaiki mobil bak ke tempat tujuan tidak begitu jauh, di selama perjalanan mata kami tak henti – hentinya mendapati keindahan alam dan suasana pantai. Pohon kelapa bertebaran di mana – mana, angin bertiup dengan kencang, langit berwarna biru cerah, deburan air laut terdengar samar, dan pantai sawarna yang terlihat dari kejauhan. Nampaknya bukan hanya tim kami yang ingin menikmati indahnya sawarna, karena sepanjang jalan menuju pantai kami menemukan sekelompok besar komunitas photography yang nampaknya juga berniat mengeksplore keindahan Sawarna.

Akhirnya kami sampai juga di gerbang menuju desa yang berada di area pantai sawarna, untuk memasuki desa tersebut kami terlebih dahulu harus melewati sungai dengan jembatan kayu gantung yang goyangannya lumayan membuat kami panik. Setibanya di rumah – rumah penduduk kami beristirahat sebentar untuk melepas lelah perjalanan dan menikmati sarapan pagi bersama. Sekitar jam 10 pagi kami mulai berjalan ke pantai yang tak jauh dari rumah penduduk dan memang benar, setibanya di pantai saya tidak bisa berhenti untuk mengatakan “WOW..”. Sawarna memang pantai yang belum tersentuh pengembang – pengembang kelas kakap. Memang airnya tak sejernih pantai padang – padang atau pantai yang tidak mungkin di Bali (Baca trip ke bali deh), tapi eksotisme pantai berpasir putih ini boleh lah diadu.

Perjalanan kami tidak berhenti di situ saja, setelah puas bermain dengan air laut dan bercengkrama di atas pasir kami mulai melanjutkan perjalanan kami menyusuri arah Barat pantai Sawarna. Pasir putih sawarna tidak begitu panjang, pantai itu juga terdiri dari batu – batu dan karang. Batu layar namanya, batu tersebut berdiri kokoh dan tinggi seperti layar sebuah kapal berwarna krem keemasan saat diterpa sinar matahari serta hitam lumut diatasnya.Setelah puas berfoto dan menikmati makan siang, kami melanjutkan lagi perjalanan menyusuri pantai, kami harus berjalan dengan hati – hati karena kali ini medannya lebih berbatu dan berkarang tak jarang kami harus berlompat – lompat untuk menghindari bulu babi atau bintang laut yang seperti cacing laut berwarna hitam sambil berhenti sesekali untuk menikmati keindahan pantai yang masih alami.

Sesampainya kami di tanjung lesung, kami harus berlarian karena cuaca mulai tidak mendukung perjalanan kami. Hujan perlahan turun dan lama kelamaan mulai deras, kami semua berteduh di sebuah gubuk nelayan. Sayang sekali hujan turun, padahal kami hendak bermain lagi di pantai tanjung lesung. Ketika hujan mulai reda, kami melanjutkan perjalanan kami pulang kerumah penduduk melewati bukit dan pematang sawah. Selama perjalanan saya sempat bertanya dengan salah satu penduduk lokal yang menemani perjalanan kami, ternyata tanaman padi yang mereka tanam itu merupakan produk instan 3 bulan. Di daerah mereka sudah jarang sekali yang menanam padi selain padi produk instan.

Hari sudah sore ketika kami tiba di rumah penduduk, kami pun disambut dengan kelapa – kelapa hijau yang siap untuk segera disantap. Salah satu teman kami, memakan buah kelapa itu dengan cara yang unik. Terlebih dahulu dia menghabiskan air kelapanya baru kemudian dia belah, dikerok dan ditaburi gula pasir, enak banget. Kami menikmati sore itu sambil menikmati kelapa, melihat hasil jepretan kamera kami dan berfoto ria dengan Bule Portugal yang sedang mampir ke warung tempat kami tinggal.

Malam pun tiba, kami berkumpul dan menikmati hidangan makan malam. Kali ini hidangannya berupa ikan layur yang diasapkan. Ikan ini seperti candu buat saya, rasanya yang gurih dagingnya yang lembut serta wanginya yang khas membuat saya lupa kalau saya sudah makan tiga potong ikan layur, hehehe.. Sayang, malam ini langit mendung tak berbintang jadinya rencana kami tidur di pantai sambil menatap bintang terpaksa di pending dulu sampai waktu dan tempat yang tidak dapat ditentukan.

Keesokan harinya yang merupakan hari terakhir kami disawarna, Team leader kami Ridwan mengajak kami semua untuk caving di sebuah Goa yang katanya penduduk lokal, kalau saja kita punya banyak waktu untuk bercaving ria maka dalam waktu kurang lebih 6 jam kita akan sampai di sukabumi, ”Wow”. Tapi sayangnya, kami tidak mempunyai cukup waktu karena sehabis makan siang nanti kita harus sudah kembali ke Jakarta. Bagi saya ini adalah petualangan caving yang pertama, rasanya aneh sekali harus berjalan tanpa alas kaki diatas lumpur yang tebal serta genangan air yang setinggi lutut. Suasana goa yang gelap dihiasi dengan stalaknit dan stalaktit bewarna putih dan terkadang unjungnya seperti berkristal. Untuk menuju goa tersebut kami harus melewati pedesaan, sungai lengkap dengan wanita – wanita desa yang sedang mandi dan pematang sawah yang baru saja panen.

Akhirnya, selepas makan siang rombongan kami pamit untuk pulang ke Jakarta. Terimakasih untuk pak RT yang sudah dengan bersahabat menerima kami di desanya. Karena disana tidak ada angkutan umum yang dapat mentrasfer kami ketempat mobil kami diatas bukit, maka kami pun mecarter sebuah truk hingga ketempat tujuan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Untuk saya perjalanan ke Pantai Sawarna kali ini akan menjadi perjalanan yang memiliki arti tersendiri, selain dengan perjalanan yang lumayan melelahkan, kehebohan memiliki banyak teman baru, pengalaman menyusuri pantai yang luar biasa serta ikan layur yang membuat saya kecanduan. Perjalanan ini merupakan hasil pe-refleksian diri pribadi, bahwa apapun yang terjadi pada dirimu diwaktu lalu pasti akan selalu ada saat dimana kamu akan menyadari bahwa hidup itu terlalu indah untuk dibiarkan begitu saja.

Sekian cerita panjang trip to Sawarna Beach kali ini, sampai Jumpa lagi pada trip berikutnya yah..

Xoxo.

Rabu, 08 Oktober 2008

Padang - padang, Impossible beach dan di kejar anjing BALI

Setelah kemarin lelah menjelajah bali sekitaran kuta sampai tirta empul, belanja-belanji di sukawati dengan kostum orange2x dan makan ikan2x segar di Bepaseh-Denpasar, rute melancong kami hari ini adalah padang – padang beach, impossible beach dan factory outlet di bypass, Bali, sebelum tinggal landas ke Jakarta sore nanti.

Tepat jam 8 pagi kami check out dari Aquarius hotel yang ber lokasi di Legian, hotel ini direkomendasikan deh buat orang2x yang budget trip. Selain kamar dan kamar mandi yang terawat dengan baik, breakfast di hotel ini juga enak2x (haha.. padahal seringnya kita breakfast pake roti tangkep dan jus). Tepat jam 9 pagi mobil jemputan dan Fafan sang tour guide yang asik datang menjemput. Kami mulai perjalanan kami kearah selatan pulau eksotis itu, tempat pertama yang kami kunjungi adalah pantai padang – padang, bukan padang – padang bay loh yah..
Kalau sampai dengan saat ini baik para turis domestik maupun internasional masih menjadikan pantai Kuta itu sebagi pusat per-beaching-an, tidak begitu dengan saya dan sahabat saya. Budget trip to Bali kali ini kami sengaja melewatkan pantai kuta dan beralih pada pengeksploran pantai – pantai yang belum terkenal di Bali. Pantai padang – padang yang terletak di selatan bali merupakan pantai pasir putih yang belum komersil, ketika kami datang kami hanya melihat beberapa surfer western yang sedang belajar berselancar dan karang – karang besar yang tertata dipinggiran pantai. Air laut yang berwana biru dan begradasi itu memiliki ombak yang cukup tinggi, pastinya dalam beberapa tahun kedepan padang – padang akan menjadi the 3rd kuta beach.. setelah posisi kedua di raih oleh dreamland.

Pintu masuk pantai ini pun terbilang sangat alami, kami harus melwati lorong tebing karang yang lebarnya satu papan selancar. Tanda masuknya pun hanya berupa tulisan dan gambar tanda panah. Kami cukup lama menghabiskan waktu di pantai pantai padang – padang, disana kami menemukan tempat terpencil untuk bisa merasakan autis dan narsis bertiga. Kami benar – benar terpesona dengan keindahan pantai padang – padang.

Setelah puas menikmati dan menjelajah pantai padang – padang kami melajutkan perjalanan kami ke pantai yang gak mungkin. Sebenernya sih ini rute dadakan, Fafan driver sekaligus fotografer kami baru aja inget kalo disekitar garis pantai selatan Bali itu terdapat sebuah pantai kecil yang keren banget. Perjuangan banget untuk bisa sampai ke pantai yang gak mungkin itu sampai – sampai kita pikir jangan – jangan emang gak mungkin banget kita sampai ke pantai itu. Kita bertiga sempet kesasar dan dikejar – kejar anjing dulu untuk mendapatkan petunjuk dari penduduk lokal. Dan benar, jalan masuknya aja tidak beraspal dan sepanjang jalan kami ditemani dengan pohon – pohon yang rimbun serta sapi – sapi piaraan penduduk.


Akhirnya kami sampai di sebuah ladang milik salah satu penduduk lokal dan kami memarkirkan mobil kami disana. Nampaknya, pantai yang tidak mungkin ini merupakan pantai milik pribadi karena ketika kami berhasil melawati jalan masuk yang sempit, naik turun serta berdampingan dengan hutan itu kami mendapati sebuah rumah yang berteraskan kayu dan menghadap ke laut tepat diujung tebing. Dan benar begitu kita sampai, kita bertiga hanya bisa diam dan kemudian berkata “gileeee... bener!!”. Memang pantai ini lebih dominan batu karang dari pada pasirnya dan kami bertiga perlu ekstra lompat dari karang yang satu ke karang yang lain untuk bisa berleyeh – leyeh menikmati pantai terakhir di Bali.

Kami bertiga tidak terlalu lama menikmati indahnya pantai yang tidak mungkin itu, perut kami sudah berbunyi tanda waktunya makan siang. Sambil menuju bandara kami mampir dulu ke rumah makan nikmat di daerah Tubun, warung makan yang lumayan unik dari segi pembayarannya karena begitu selesai memilih makanan yang kami inginkan, kami diberikan kartu yang merupakan nominal makanan yang harus kami bayar. Setelah makan kami ternyata masih memiliki waktu untuk berbelanja lagi, akhirnya kami putuskan untuk mampir sebentar di Joger.

Tepat jam 4 sore kami berpisah dengan fafan di airport Ngurah Rai, kami berdua berterimakasih sekali kepada fafan yang telah setia melengkapi liburan kami di Bali. Dia merupakan driver, fotografer, guide dan teman yang asik untuk ngetrip. Upss.. hampir lupa, terimakasih juga untuk sobat saya I Komang Budiasa alias KOJEK yang telah sumringah menemani perjalanan kami berdua. So, next trip kita ekplor pantai – pantai di Bali lagi yahhh...

Baduy Dalam dan Amazonenya Jawa Barat


Haii… berikut cerita perjalanan gwe ke Baduy weekend kemarin dengan komunitas JALAN MELULU J

Perjalanan kemaren keren dan penuh perjuangan... emang mental harus siap beeng...
Kami mulai perjalanan kami dari jam 8:20 pagi dari stasiun Tanah abang menuju rangkas bitung dengan menggunakan kereta ekonomi Rp. 2000. waktu tempuhnya sekitar 3-4 jam, karena keretanya super duper ekonomi sow kita harus berdesak-desakan ditambah harus rela sampe pusing ngeliat orang jualan di dalam kereta yang nonstop jualan dari pulpen, buku, lontong, minuman dingin, minuman yang diseduh sampai mainan anak .. bolak – balik.. fyuhhh.. panas dan limited oksigen heheh...

Setelah sampai di stasiun kereta api Rangkas bitung, kami melanjutkan kembali perjalan kami ke terminal cibulereng (kalo gak salah). Perjalanannya sekitar 1,5-2 jam soalnya kami transit dulu ke sebuah toko yang menjual soft drink dan kornet serta indomie. Perbekalan itu untuk makanan kami di malam hari bersama para penduduk Suku Baduy. Setelah sampai di terminal cibulereng kami transit dulu di sebuah warung yang lupa gwe poto, kami transit untuk makan siang, sholat, dan repacking (alias nitip barang2x diwarung ... untuk meringankan beban ceritanya.. karena perjalanannya bakalan wow banget...

Sekitar jam 3 sore kami cabut dari warung menuju Badui Dalam bersama orang2x baduy dalam yang juga menjadi POTER dan Guide kami. Tapi sebelumnya kami lapor dulu di baduy Luar.. minta ijin istilahnya.

Dalam perjalanan rombongan sempat terpecah2x.. gara2xnya medan yang sulit dan cuaca yang GERAH ( keringet gwe sampe ngucur dan netes2x ala film2x silat ) karena kondisi itu kita gak bisa tunggu2xan terus, kita harus sampai badui dalam sebelum gelap.. takut jatuh ke jurang. Oya panjang perjalanan kami sekitar 16 kilo dan kami harus melalui kurang lebih 7 bukit yang luar biasa kayak amazon dehhh..( untuk foto naik2x bukitnya gwe gak keburu ngambil, karena sibuk keringetan dan ambil napas serta mengumpulkan tenaga)

Akhirnya, kami sampai juga di Baduy dalam.. kayaknya sih itu sudah lepas magrib yah sekitar jam 6:30 sore Suasana sudah menggelap waktu kami sampai. Kami bertemu dengan rombongan dari komunitas lain ( Iwan Fals Club ) jadi lumayan ramai dan bisa ngeceng juga hahahahaa….

Sampai disana kelompok kami dipisahkan menjadi dua kelompok, pria dan wanita. Yang wanita tinggal di rumah Suku Badui yang bernama Pak Narja, beliau ini sudah tua anak2nya sudah menikah salah satunya tinggal bersama Pak Narja. Jadi kami 11 orang wanita tinggal bersama pak narja, ibu mertua pak narja, istri pak narja, anak pak narja, menantu pak narja dan cucunya pak narja yang baru berusia 1 bulan ( bayinya nangis terus sepertinya dia sedang sakit karena badannya panas).

Dirumah pak narja, kami makan malam dengan perbekalan yang sudah kami beli. Kami makan malam ramai2x bersama orang2x baduy yang ikut nongkrong di rumah pak Narja. Setelah makan malam kami ngobrol2x sebentar dan mulailah satu persatu tidur karena untuk mengumpulkan energi untuk perjalanan pulang kami yang gosipnya medannya cukup sulit...hihihihiiii...

Sekitar jam 3an, udara disana dingin sekali, jadi beberapa orang dari kami bangun dan langsung nongrok di dapur pak narja untuk merapat dan menghangatkan badan di depan pembakaran kayu. Karena ngantuk, kami putuskan untuk tidur dan merapat disana hehehehe... angettt...

Minggu, 5:30 pagi. Kebanyakan dari kami sudah mulai bangun. Pak Narja dan keluarganya mulai memasak sarapan pagi untuk kami. Jangan tanya soal rasanya, pokoknya kunyah dan telan saja. Setelah itu, sebagian dari kami packing dan kekali untuk menuntaskan kebiasaan dipagi hari.. Hahahaa... buat gwe susah banget menuntaskan hal yang satu itu.. jadinya gwe Cuma kecipak-kecipuk aja dikali.. hehehe...

Sekitar jam 7:30 kami pamit sama orang2x badui dalam karena kami harus pulang mengejar kereta Rangkas bitung – Jakarta jam 4 sore. Sedangkan perjalanan kami sampai di warung akan memakan waktu kurang lebih 4 jam. Perjalanan pulang kami tidak mengambil jalur yang sama dengan waktu kami datang. Kami menyebutnya ini jalur sungai kalau sewaktu berangkatnya kami menyebutnya jalur Danau. Perjalanan pulang kami lebih banyak turunannya dibanding tanjakannya tapi sama2x menegangkan karena jurang2x yang dalam sudah menanti hehehe... Kami juga menemui tanjakan yang panjangnya 1 kilometer.. gwe sih menyebutnya tanjakan “busyet dah”.


Diperjalanan kami melewati sungai berbatu yang memungkinkan kami untuk main air dan mandi2x. Kami sempat berhenti lama disana biasa untuk foto secion karena wilayah tersebut sudah termasuk wilayah baduy luar. Setelah sekian lama perjalanan yang hanya bisa ngelihat hutan dan bukit2x, akhirnya kami sampai di desa badui luar, kami beristirahat sejenak sambil menikmati suasana di baduy luar. Gwe bahkan sempet tidur2xan di rumah baduy luar. Bedanya baduy luar dengan baduy dalam, di baduy luar mereka masih bisa menerima bentuk2x perkembangan jaman seperiti sabun, kosmetik bahkan elektronik, itu terbukti karena gwe sempet mendapai anak muda baduy luar sedang mengotak-atik Hpnya.


Sewaktu di baduy luar kami dengan pak Narja sempat mengunjungi rumah anaknya yang sejak menikah memutuskan untuk pindah budaya menjadi orang baduy luar. Kami juga sempat melihat cucunya yang lucu dan putih banget. Dan akhirnya dengan segala perjuangan yang ada akhirnya kami sampai juga di titik awal kami berangkat, itu sekitar jam 11:30. We made it!!!

Trus langsung deh ketoko suvenir beli oleh2x buat temen2x.. dan makan di warung serta mandi2x karena jam 1 siang kami harus segera meninggalkan terminal cibouleger untuk mengejar kereta. Kami sampai di stasiun kereta Rangkas Bitung jam 3 sore, sebenarnya kami bisa saja naik kereta yang 3:30 tapi kami putuskan untuk menggunakan kereta patas ac jam 4 dengan asumsi bisa leha2x dan gak perlu dempet2xan dan Cuma beda Rp.2000 hehehe..

Tapiiiii... kami tertipu, ternyata keretanya lebih jelek dari ekonomi biasa dan delay 1,5 jam lebih. Kami sempat berantem juga sama petugas kereta apinya, karena kami merasa tertipu. Mereka bilang Cuma nunggu sebentar kok .. tapi malah 1,5 jam lebih, U can see everything in Indonesia then .. hahahaha..
Akhirnya kami putuskan untuk minta uang kami kembali dan langsung cabut naik angkot ke terminal bis.

Sekitar Jam 6 kami berangkat menuju Jakarta dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Jalanan banten itu rusak parah, no wonder kah waktu tempuhnya lama.
Kami diturunkan di daerah semanggi untuk selanjutnya pulang ke rumah masing2x. Dan sekitar jam 10:00 malam akhirnya gwe nyampe dirumah dengan selamat.

SALAM JALAN MELULU! SAMPAI JUMPA DI TRIP BERIKUTNYA!